MARI NYUWUK
SECARA SYARIAH
&
TATA CARA
MENGURUS
JENAZAH
8
Pon.
Pes. Murottilil Qur-anil Karim
Lirboyo,
Kediri, Jatim
Cetakan pertama th 2017
PENGANTAR BUKU
الحمد الله الذى جعل القرآن شفاء ورحمة للمؤمنين .
والصلاة والسلام على سيد المرسلين . وعلى آله وصحبه أجمعين . أما بعد :
Para pembaca yang
budiman! Perkataan ‘NYUWUK’ adalah bahasa Jawa yang artinya penyembuhan
dengan cara membaca bacaan-bacaan kemudian ditiupkan (disemburkan) kepada orang
yang sakit. Kalau bahasanya Arab adalah RUQYAH. Ruqyah ini
disamping untuk kebutuhan sendiri juga untuk orang lain. Ruqyah ini, sesuai dengan
yang disyari’atkan dan dicontohkan oleh baginda Nabi SAW, modal pokoknya adalah
pandai membaca al-Qur’an.
Maka bagi yang pandai
membaca al-Qur’an hendaknya membiasakan meruqyah sendiri, tidak usah mudah
menyerahkan atau mem-percayakan kepada para tabib yang pada umumnya mereka
kurang pandai dalam mem-baca al-Qur’an seperti kita.
Bagimana akan berhasil
kalau hanya selalu menggantungkan kepada mereka yang justru tidak ahli dalam
bacaan-bacaan untuk berdoa seperti kita. Bukan maksud saya menjauhkan mereka
yang ahli, akan tetapi mari anda-anda yang ahli membaca al-Qur’an hendaknya
bisa mencukupi kebutuhan kita sendiri dan orang lain yang membutuhkan
pertolongan.
Dengan ini maka saya
betul-betul mengajak dan mendorong anda-anda, marilah melatih diri membiasakan NYUWUK
(meruqyah) sendiri sebagaimana perjalanan Rasulullah SAW, para Sahabat dan para
Ulama salaf dahulu.
Bacalah dan pelajarilah
baik-baik buku ini, semoga anda-anda mendapat ilmu yang ber-manfaat dan
memberkahi kepada diri sendiri anda dan orang-orang lain.
Isi buku ini ambilan
dari beberapa sumber dari internet dan lainnya. Semoga menjadi buku yang banyak
bermanfaat, Amin.
Sekian, dari penuqil
Maftuh Basthul birri.
3 Rabi’ul Akhir 1438 /2 - 12
– 2017 M
الرُّقْيَةُ الشَّرْعِيَّة
RUQYAH SECARA SYARIAH
Ruqyah (suwuk) adalah sebuah perlindung-an yang digunakan untuk melindungi
orang yang terkena penyakit, seperti panas karena disengat binatang, kesurupan
jin dan lainnya.
Ruqyah secara khusus
adalah pengobatan yang dilakukan seseorang dengan cara mem-bacakan ayat-ayat
Al-Qur’an yang ditujukan kepada orang yang terkena sihir atau penyakit. Baik
penyakit fisik maupun non fisik.
DO’A
AWAL MERUQYAH
Doa pertama:
أَسْأَلُ
اللهَ الْعَظِيمَ رَبَّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ أَن يَشْفِيَكَ 7 x
(Saya mohon kepada Allah
yang Maha Agung, Penguasa
'Arasy yang agung, semoga Dia me-nyembuhkanmu)
Rasulullah SAW
bersabda: ”Siapa yang menjenguk orang sakit yang belum tiba ajal-nya, lalu
membaca doa ’As’alullaaha ..... (doa di atas)’ di sisi orang sakit, sebanyak
tujuh kali (7x), maka Allah akan menyembuhkan orang itu dari penyakit yang dideritanya.”
(HR. Abu Daud dan Tirmidzi, dari Ibnu Abbas Ra.)
‘Aisyah
Ra mengatakan; Rasulullah SAW menjenguk sebagian anggota keluarganya yang
sakit, setelah sampai, beliau SAW mengusap orang yang sakit itu dengan tangan
kanannya sambil memohon; ”Ya Allah, Tuhan seluruh manusia
اللهم رَبَّ النَّاسِ، مُذْهِبَ الْبَأْسِ، اشْفِ أَنْتَ
الشَّافِى، لَا شَافِىَ إِلَّا أَنْتَ ، شِفَاءً لَا يُغَادِرُ سَقَمًا
(Ya Allah,
Tuhan seluruh manusia, Yang Maha melenyapkan penyakit, sembuhkanlah, hanya
Engkaulah yang Maha menyembuhkan. Tiada yang kuasa memberikan kesembuhan selain
Engkau, dengan kesembuhan yang tidak me-nyisakan penyakit apapun, yakni sembuh
total).” (Muttafaq ’alaih dari Anas Ra).
Doa kedua:
اشْفِ اللهم ..... (Ya
Allah, sembuhkanlah ..... [sebutkan nama pasien,
misalnya: Ya Allah, sembuhkanlah Ahmad ini...].
Sahabat
Sa’d bin Abi Waqqash Ra. men-ceritakan ketika dirinya sakit; Rasulullah SAW
datang menjengukku. Setelah sampai, beliau berdo’a:
اشْفِ
سَعْدًا اللهم (Ya Allah,
sembuhkanlah Sa’ad 3 X). (HR. Muslim).
Abu Sa’id Al-Khudri Ra mengatakan, Jibril
datang kepada Nabi SAW. Kemudian Jibril bertanya, ”Muhammad, apakah kamu sedang
sakit?” Rasulullah SAW menjawab, ”Iya!” Setelah mendengarkan jawaban Rasulullah,
Jibril pun membaca doa; Bismillaahi
arqiika....
بِسْمِ اللهِ أَرْقِيكَ ، مِنْ كُلِّ شَىْءٍ يُؤْذِيكَ ، مِنْ شَرِّ
كُلِّ نَفْسٍ أَوْ عَيْنٍ حَاسِدٍ ، اللهُ يَشْفِيكَ ، بِسْمِ
اللهِ أَرْقِيكَ
(Dengan
nama Allah saya meruqyahmu, dari segala sesuatu yang menyakitimu, juga dari
setiap jiwa dan mata yang pendengki. Semoga Allah menyembuhkanmu. Dengan nama
Allah, saya meruqyahmu). (HR. Muslim dan Abu Daud)
Diriwayatkan dari ‘Aisyah
Ra bahwa ia berkata: “Nabi Muhammad SAW senantiasa meruqyah
dirinya dengan doa-doa perlin-dungan ketika sakit, yaitu pada sakit yang
menyebabkan wafatnya beliau. Saat beliau kritis, akulah yang meruqyah beliau
dengan doa tersebut, lalu aku mengusapkan tangannya ke anggota tubuh-nya
sendiri, karena tangan itu penuh berkah.” (HR. Al-Bukhari).
Soal:
Apakah mungkin seorang Muslim
mengo-bati dirinya sendiri dengan air yang dibacakan lalu ditiupkan padanya?
Jawab:
Nabi SAW jika merasakan sakit beliau meniupkan bacaan surat Al-Ikhlas dan
Al-Mu’awwidzatain (Al-Falaq dan An-Naas) pada tangan beliau sebanyak 3 kali.
Lalu mengu-sapkan kedua tangannya pada bagian tubuh yang mampu diusap sebelum
tidur. Dimulai dari kepala, wajah, lalu ke dada. Sebagaimana hal ini dikabarkan
oleh ‘Aisyah Ra dalam hadits yang shahih.
Selain itu, Jibril
pernah meruqyah beliau Nabi SAW ketika beliau sakit,
dengan meng-gunakan air yang dibacakan:
بِسْمِ اللهِ أَرْقِيكَ ، مِنْ كُلِّ شَىْءٍ
يُؤْذِيكَ ، مِنْ شَرِّ
كُلِّ نَفْسٍ أَوْ عَيْنٍ حَاسِدٍ ، اللهُ يَشْفِيكَ ، بِسْمِ
اللهِ أَرْقِيكَ
“Dengan nama Allah aku meruqyahmu, dari
segala sesuatu yang mengganggumu, dan dari keburukan penyakit ‘ain yang timbul
dari pandangan mata orang yang dengki, semoga Allah menyembuhkanmu, Dengan nama
Allah aku meruqyahmu”
sebanyak 3 kali. Inilah
metode ruqyah yang disyariatkan dan bermanfaat.
Nabi SAW juga pernah membacakan (ayat Qur’an dan doa-doa yang ma’tsur) pada
air untuk Tsabit bin Qais Ra lalu memerintahkan ia untuk memercikkan air
tersebut pada dirinya. Sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Daud dalam kitab Ath-Thib
dengan sanad yang hasan.
Dan contoh-contoh lain
metode ruqyah yang dipraktekkan pada masa Nabi SAW.
Di antaranya juga, Nabi
SAW sering men-doakan orang yang sakit
dengan doa:
اللهم رَبَّ النَّاسِ، أَذْهِبِ الْبَأْسَ وَاشْفِ
أَنْتَ الشَّافِى، لَا شِفَاءَ إِلَّا شِفَاؤُكَ ، شِفَاءً لَا يُغَادِرُ سَقَمًا
“Ya Allah, Rabb bagi
manusia. Hilangkanlah penyakit ini dan sembuhkanlah. Engkaulah yang Maha
menyembuhkan, tidak ada kesem-buhan melainkan hanya dari-Mu. Berikanlah kesembuhan
yang tidak meninggalkan sisa sedikit pun”
BACAAN-BACAAN RUQYAH
1. Ikhlaskan niat dengan
meluruskan dan membersihkan niat hanya karena ingin mendapat ridho dan
pertolongan Allah Swt.
2. Membaca Ta’awudz :
أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ
الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
3. Membaca Basmalah :
بِسۡمِ ٱللَّهِ
ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ
4. Letakkan tangan pada
daerah yang sakit sambil berdoa dengan membaca: A’uudzu bi ’izzatillaahi wa
qudratihi min syarri maa ajidu wa uhaadziru :
أَعُوذُ بِعِزَّةِ اللَّهِ وَقُدْرَتِهِ مِنْ شَرِّ مَا
أَجِدُ وَأُحَاذِرُ
(Aku berlindung kepada keperkasaan Allah dan kekuasaan-Nya dari
kejahatan yang aku temukan dan yang aku khawatirkan (HR. Muslim).
5. Di antara surat dan
ayat-ayat yang populer untuk meruqyah:
a. Surat al-Fatihah
بِسۡمِ
ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ ١ ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ ٢
ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ ٣ مَٰلِكِ يَوۡمِ ٱلدِّينِ ٤ إِيَّاكَ نَعۡبُدُ
وَإِيَّاكَ نَسۡتَعِينُ ٥ ٱهۡدِنَا ٱلصِّرَٰطَ ٱلۡمُسۡتَقِيمَ ٦ صِرَٰطَ ٱلَّذِينَ
أَنۡعَمۡتَ عَلَيۡهِمۡ غَيۡرِ ٱلۡمَغۡضُوبِ عَلَيۡهِمۡ وَلَا ٱلضَّآلِّينَ ٧
b. Awal surat al-Baqarah 5
ayat
بِسۡمِ
ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ . الٓمٓ ١ ذَٰلِكَ ٱلۡكِتَٰبُ لَا رَيۡبَۛ فِيهِۛ هُدٗى لِّلۡمُتَّقِينَ
٢ ٱلَّذِينَ يُؤۡمِنُونَ بِٱلۡغَيۡبِ وَيُقِيمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ وَمِمَّا
رَزَقۡنَٰهُمۡ يُنفِقُونَ ٣ وَٱلَّذِينَ يُؤۡمِنُونَ بِمَآ أُنزِلَإِلَيۡكَ
وَمَآ أُنزِلَ مِن قَبۡلِكَ وَبِٱلۡأٓخِرَةِ هُمۡ يُوقِنُونَ ٤ أُوْلَٰٓئِكَ
عَلَىٰ هُدٗى مِّن رَّبِّهِمۡۖ وَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ ٥
c. Ayat Kursiy
ٱللَّهُ
لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلۡحَيُّ ٱلۡقَيُّومُۚ لَا تَأۡخُذُهُۥ سِنَةٞ وَلَا
نَوۡمٞۚ لَّهُۥ مَا فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِي ٱلۡأَرۡضِۗ مَن ذَا ٱلَّذِي
يَشۡفَعُ عِندَهُۥٓ إِلَّا بِإِذۡنِهِۦۚ يَعۡلَمُ مَا بَيۡنَ أَيۡدِيهِمۡ وَمَا
خَلۡفَهُمۡۖ وَلَا يُحِيطُونَ بِشَيۡءٖ مِّنۡ
عِلۡمِهِۦٓ إِلَّا بِمَا شَآءَۚ وَسِعَ كُرۡسِيُّهُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضَۖ
وَلَا ئَُودُهُۥ حِفۡظُهُمَاۚ
وَهُوَ
ٱلۡعَلِيُّ ٱلۡعَظِيمُ ٢٥٥
d. Akhir surat al-Baqarah
2 ayat
ءَامَنَ ٱلرَّسُولُ
بِمَآ أُنزِلَ إِلَيۡهِ مِن رَّبِّهِۦ وَٱلۡمُؤۡمِنُونَۚ كُلٌّ ءَامَنَ بِٱللَّهِ
وَمَلَٰٓئِكَتِهِۦ وَكُتُبِهِۦ وَرُسُلِهِۦ لَا نُفَرِّقُ بَيۡنَ أَحَدٖ مِّن رُّسُلِهِۦۚ
وَقَالُواْ
سَمِعۡنَا وَأَطَعۡنَاۖ غُفۡرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيۡكَ ٱلۡمَصِيرُ
٢٨٥ لَا يُكَلِّفُ ٱللَّهُ نَفۡسًا إِلَّا وُسۡعَهَاۚ لَهَا مَا كَسَبَتۡ
وَعَلَيۡهَا مَا ٱكۡتَسَبَتۡۗ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذۡنَآ إِن نَّسِينَآ أَوۡ
أَخۡطَأۡنَاۚ رَبَّنَا وَلَا تَحۡمِلۡ عَلَيۡنَآ إِصۡرٗا كَمَا حَمَلۡتَهُۥ
عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِنَاۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلۡنَا مَا لَا طَاقَةَ
لَنَا بِهِۦۖ وَٱعۡفُ عَنَّا وَٱغۡفِرۡ لَنَا وَٱرۡحَمۡنَآۚ أَنتَ مَوۡلَىٰنَا
فَٱنصُرۡنَا عَلَى ٱلۡقَوۡمِ ٱلۡكَٰفِرِينَ ٢٨٦
e. Surat an-Nuur ayat 35
ٱللَّهُ نُورُ
ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِۚ مَثَلُ نُورِهِۦ كَمِشۡكَوٰةٖ فِيهَا مِصۡبَاحٌۖ
ٱلۡمِصۡبَاحُ فِي زُجَاجَةٍۖ ٱلزُّجَاجَةُ كَأَنَّهَا كَوۡكَبٞ دُرِّيّٞ يُوقَدُ
مِن شَجَرَةٖ مُّبَٰرَكَةٖ زَيۡتُونَةٖ لَّا شَرۡقِيَّةٖ وَلَا غَرۡبِيَّةٖ يَكَادُ زَيۡتُهَا يُضِيٓءُ وَلَوۡ لَمۡ تَمۡسَسۡهُ نَارٞۚ نُّورٌ
عَلَىٰ نُورٖۚ يَهۡدِي ٱللَّهُ لِنُورِهِۦ مَن يَشَآءُۚ وَيَضۡرِبُ ٱللَّهُ
ٱلۡأَمۡثَٰلَ لِلنَّاسِۗ وَٱللَّهُ بِكُلِّ شَيۡءٍ عَلِيمٞ ٣٥
f. Akhir surat al-Hasyr 4
ayat
لَوۡ أَنزَلۡنَا هَٰذَا
ٱلۡقُرۡءَانَ عَلَىٰ جَبَلٖ لَّرَأَيۡتَهُۥ خَٰشِعٗا مُّتَصَدِّعٗا مِّنۡ خَشۡيَةِ
ٱللَّهِۚ وَتِلۡكَ ٱلۡأَمۡثَٰلُ نَضۡرِبُهَا لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمۡ يَتَفَكَّرُونَ
٢١ هُوَ ٱللَّهُ ٱلَّذِي لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَۖ عَٰلِمُ ٱلۡغَيۡبِ
وَٱلشَّهَٰدَةِۖ هُوَ ٱلرَّحۡمَٰنُ ٱلرَّحِيمُ ٢٢ هُوَ ٱللَّهُ ٱلَّذِي لَآ
إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلۡمَلِكُ ٱلۡقُدُّوسُ ٱلسَّلَٰمُ ٱلۡمُؤۡمِنُ ٱلۡمُهَيۡمِنُ
ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡجَبَّارُ ٱلۡمُتَكَبِّرُۚ سُبۡحَٰنَ ٱللَّهِ عَمَّا يُشۡرِكُونَ ٢٣
هُوَ ٱللَّهُ ٱلۡخَٰلِقُ ٱلۡبَارِئُ ٱلۡمُصَوِّرُۖ لَهُ ٱلۡأَسۡمَآءُ
ٱلۡحُسۡنَىٰۚ يُسَبِّحُ لَهُۥ مَا فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِۖ وَهُوَ
ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡحَكِيمُ ٢٤
g. Akhir surat al-Qalam 2
ayat
وَإِن يَكَادُ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ لَيُزۡلِقُونَكَ بِأَبۡصَٰرِهِمۡ
لَمَّا سَمِعُواْ ٱلذِّكۡرَ وَيَقُولُونَ إِنَّهُۥ لَمَجۡنُونٞ ٥١ وَمَا هُوَ
إِلَّا ذِكۡرٞ لِّلۡعَٰلَمِينَ ٥٢
h. Surat al-Ikhlash,
al-Falaq dan an-Naas
بِسۡمِ
ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ . قُلۡ هُوَ ٱللَّهُ أَحَدٌ ١ ٱللَّهُ ٱلصَّمَدُ ٢ لَمۡ يَلِدۡ وَلَمۡ
يُولَدۡ ٣ وَلَمۡ يَكُن لَّهُۥ كُفُوًا أَحَدُۢ ٤
بِسۡمِ ٱللَّهِ
ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ . قُلۡ أَعُوذُ بِرَبِّ ٱلۡفَلَقِ ١ مِن شَرِّ مَا خَلَقَ ٢ وَمِن
شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ ٣ وَمِن شَرِّ ٱلنَّفَّٰثَٰتِ فِي ٱلۡعُقَدِ ٤ وَمِن
شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ ٥
بِسۡمِ ٱللَّهِ
ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ . قُلۡ أَعُوذُ بِرَبِّ ٱلنَّاسِ ١ مَلِكِ ٱلنَّاسِ ٢ إِلَٰهِ ٱلنَّاسِ
٣ مِن شَرِّ ٱلۡوَسۡوَاسِ ٱلۡخَنَّاسِ ٤ ٱلَّذِي يُوَسۡوِسُ فِي صُدُورِ ٱلنَّاسِ
٥ مِنَ ٱلۡجِنَّةِ وَٱلنَّاسِ ٦
i. Seluruh ayat dan surat Al-Qur’an
apa saja dan mana saja, tidak tertentu surat apa dan ayat apa. Bahkan ayat apa
atau surat apa, masing-masing bisa.
j. Surat al-Baqarah semua
atau bisa dibaca secara berangsur. Sabda Nabi SAW:
سُورَةُ الْبَقَرَةِ لَايَقْوَى عَلَيْهَا الْبَطَلَةُ
Artinya: Surat al-Baqarah ini tidak bisa dilawan oleh para dukun dan para syetan
jahat (tidak ada yang kuat menandingi).
TINDAKAN PENCEGAHAN
Agar terhindar dari gangguan jin dan syetan:
1. Membaca Al-isti’aadzah (A’uudzu
billaahi minasy syaithaanir rajiim) ketika akan masuk WC, akan berhubungan
intim, ketika marah, akan membaca Al-Qur’an dan lain-lain sebagainya.
2. Berwudhu sebelum tidur.
3. Sempatkan shalat witir
dan tahajjud.
4. Membaca surat
Al-Ikhlas, Al-Falaq dan An-Naas.
5. Membaca Ayat Kursiy.
6. Membaca 2 ayat akhir
surat Al-Baqarah.
7. Membaca Tahlil.
8. Membaca doa-doa yang
ma’tsur dari Nabi SAW seperti :
أُعِيذُكَ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّةِ مِنْ شَرِّ مَا
خَلَقَ
Saya mohon untuk kamu perlindungan
ke-pada Allah dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari kejahatan apa
saja yang diciptakan.
بِسْمِ اللهِ الَّذِى لَا يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَىْءٌ
فِى الْأَرْضِ وَلَا فِى السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
Dengan menyebut nama Allah yang dengan keagungan nama-Nya itu menjadikan
sesu-atu tidak berbahaya baik yang ada di langit atau di bumi, dan Dia Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui? (Dibaca 3x pada pagi dan sore hari)
TIGA SYARAT MERUQYAH
Pastikan orang yang
meruqyah, prosesnya sesuai syariah, tidak mengandung syirik, dan menggunakan
do’a-do’a yang diambil dari Al-Qur’an dan Sunnah. Artinya ruqyah itu tidak
mengandung perkara yang bertentangan de-ngan syari’at, seperti ada unsur doa
kepada selain Allah atau istighotsah (meminta tolong) kepada jin dan yang
semisalnya.
Ruqyah boleh dilakukan
dengan 3 syarat yang harus dipenuhi terlebih dahulu, yaitu:
1. Ruqyah harus dilakukan
dengan ayat-ayat Al-Quran. Yaitu menggunakan Kalamullah atau nama-nama dan
sifat-sifat-Nya. Atau doa dari Nabi Muhammad SAW kepada orang yang kemasukan
jin atau untuk me-nyembuhkan orang sakit.
2. Ruqyah harus dengan
bahasa yang dipahami maknanya. Yaitu menggunakan bahasa Arab atau yang
selainnya selama maknanya di-pahami.
3. Harus meyakini bahwa
bukan dzat ruqyah itu sendiri yang menyembuhkan, tetapi hanya Allah SWT Yang
Maha Menyembuh-kan. Meyakini bahwa ruqyah tidak ber-pengaruh dengan sendirinya,
namun dengan sebab izin Allah SWT. Artinya yang me-nentukan itu Allah sedangkan
ruqyah itu semata-mata hanya sebab saja.
Ruqyah merupakan sebab, berarti pelaku ruqyah adalah pelaku sebab. Peruqyah
ibarat dokter, sedangkan ruqyah ibarat obat. Obat adalah sebab dan dokter
adalah pelaku sebab. Adapun pencipta sebab adalah Allah. Suatu sebab akan
bermanfaat jika dike-hendaki oleh Allah.
Rasulullah mengingatkan;
“Ruqyah-ruqyah itu tidak mengapa selama tidak mengandung syirik, dan
barangsiapa di antara kalian yang mampu memberikan manfaat bagi saudaranya,
maka hendaknya dia lakukan.”
“Jauhilah suatu hal
yang bisa membawa kehancuran, yaitu syirik (menyekutukan Allah) dan sihir” (HR
al-Bazaar dan al-Mundzir).
Bila kita menemui orang yang akan me-ruqyah namun tidak memenuhi ketiga
syarat itu, maka justru kitalah yang harus meruqyah orang itu. Islam
mengajarkan kaum muslimin untuk berhati-hati dalam menggunakan ruqyah (dalam
membutuhkan diruqyah orang lain) agar tidak terjatuh ke dalam pengobatan ruqyah
yang mengandung bid’ah atau syirik.
TIGA SYARAT UTAMA PERUQYAH
1. Hendaklah seorang yang
ingin meruqyah bisa membaca Al-Quran dengan baik dan benar sesuai dengan
makhraj (tempat ke-luar) hurufnya dan ilmu tajwid.
2. Hendaknya yang meruqyah
adalah orang yang memiliki iman yang kuat yang sang-gup membentenginya dari
godaan jin.
3. Hendaklah yang meruqyah
itu orang yang memiliki ilmu agama yang kokoh. Mengerti mana perkara yang
dibolehkan islam dan mana yang dilarang, agar tidak tertipu oleh jin sehingga
terjatuh kepada perkara yang diharamkan, syirik, bid’ah atau jatuh pada
kemaksiatan.
TIGA JENIS RUQYAH YANG DILARANG
1. Ruqyah yang mengandung
permohonan bantuan dan perlindungan kepada selain Allah. Seperti memohon
bantuan dan per-lindungan dengan menyebut nama-nama jin, malaikat, nabi dan
orang shalih.
2. Ruqyah dengan bahasa
‘ajam (non Arab), tidak memakai lafazh-lafazh Arab atau se-suatu yang tidak
dipahami maknanya, tidak masyhur, tidak dirasa aman, dan tidak di-dapatkan
dalam syari’at sama sekali.
Mayoritas ruqyah yang berbahasa ‘ajam mengandung penyebutan nama-nama jin,
permintaan tolong kepada mereka, dan sumpah dengan nama orang yang menga-gungkannya.
Oleh karena itu, para setan segera menyambut dan menaati orang yang membacanya
(Al-An’am: 121).
3. Ruqyah yang diyakini
bahwa pelakunya bisa menyembuhkan dengan sendirinya tanpa kekuasaan Allah.
Seorang hamba hendaknya mengharapkan kesembuhan hanya kepada Allah dan hanya
bergantung kepada-Nya tatkala melakukan ruqyah.
SIFAT PERUQYAH YANG DISYARI’ATKAN
1. Ikhlas kepada Allah
dalam setiap ucapan dan perbuatannya, dan jika meruqyah, hen-daknya
mengikhlaskan permintaan tolong dan perlindungannya hanya kepada Allah.
2. Memiliki ilmu syar’i
tentang ruqyahnya. Antara lain meruqyahnya mengambil dari bacaan Al-Qur`an, as-Sunnah,
dan doa-doa yang ma’ruf.
3. Bertujuan untuk memberi
kemanfaatan ke-pada orang lain.
4. Membuat orang yang
diruqyah hanya ber-gantung kepada Allah.
5. Khusyu’, tunduk, dan
merendahkan diri hanya kepada Allah.
6. Menghindarkan diri dari
celah-celah dosa dan fitnah.
Setelah meruqyah :
1. Panjatkan doa syukur
kepada Allah SWT.
2. Terus gunakan ruqyah
sebagai dakwah dan membantu orang yang telah diruqyah men-jadi manusia yang
bersih jiwanya dan me-miliki kekuatan rohani yang kuat.
3. Tanamkan “program anti
virus” gangguan setan pada orang yang telah diruqyah agar ia menjadi muslim
yang baik dan tidak mudah dirasuki atau diganggu oleh syaitan.
4. Sosialisasikan manfaat
ruqyah dengan me-ngajak dan membina calon peruqyah dan sekaligus sebagai
kader-kader dakwah untuk kemajuan umat.
Bagi yang diruqyah :
1. Memperbesar harapannya
kepada Allah dalam meminta pertolongan dan perlin-dungan karena Allah dan
menumbuhkan rasa optimis dan keyakinan bahwa penyakit bisa sembuh atas kebaikan
dan izin Allah (QS. Yunus 107, Al-An’aam 17-18, Asy-Syu’ara` 80).
2. Meninggalkan rasa
was-was, karena was-was berasal dari syetan.
3. Terus berusaha disertai
dengan doa dan sabar serta tawakkal kepada Allah.
4. Mempelajari wirid,
bacaan, dan doa-doa dan bersungguh-sungguh ke depannya bertekad untuk bisa
meruqyah diri sendiri. Bisa dengan membaca surat Al-Fatihah, Al-Ikhlash,
Al-Falaq, An-Naas, Ayat Kursi, dan lainnya sebelum tidur, di pagi dan sore
hari, setelah shalat wajib, atau waktu-waktu lain sesuai dengan yang telah dituntunkan
oleh Rasulullah SAW. Wirid-wirid yang dibaca-nya itu ibarat baju atau besi yang
dipakai untuk membentengi dari beragam bahaya. Wirid-wirid itu adalah sebab
yang ber-manfaat untuk melindungi dirinya. Sedang-kan pemberi manfaat dan
penolak bahaya yang sebenarnya adalah Allah.
5. Lakukan puasa Senin Kamis
(jika kondisi memungkinkan) untuk membersihkan toksin yang ada di perut.
SUMBER DOA DAN BACAAN RUQYAH
1. Bacaan ruqyah harus
dari Al-Qur’an yang mengandung keberkahan, karena Al-Qur’an adalah pelajaran,
petunjuk, penyembuh yang mujarab dan rahmat bagi orang yang ber-iman dan agar
manusia memikirkannya. (QS. Yunus 57, Al-Isra` 82, Fushshilat 44, Al-Hasyr 21).
Berobat dengan Al-Qur`an adalah penyem-buhan yang mujarab bagi penyakit
jiwa dan penyakit jasmani, terlebih lagi jika diba-cakan oleh seorang yang
memiliki kekuatan iman.
Meruqyah dengan Al-Fatihah, Al-Falaq, An-Naas, dan Al-Ikhlas atau ayat dan
surat mana saja dari Al-Quran, karena Al-Qur`an secara keseluruhan merupakan
obat bagi segala penyakit.
2. Boleh juga meruqyah
dengan nama dan sifat Allah. Jibril pernah mendatangi Nabi dan bertanya: “Wahai
Muhammad, apakah eng-kau mengeluhkan rasa sakit?” Nabi men-jawab: “Iya.” Maka
Jibril membacakan:
بِسْمِ اللهِ أَرْقِيكَ ، مِنْ كُلِّ شَىْءٍ يُؤْذِيكَ ، مِنْ شَرِّ
كُلِّ نَفْسٍ أَوْ عَيْنٍ حَاسِدٍ ، اللهُ يَشْفِيكَ ، بِسْمِ
اللهِ أَرْقِيكَ
“Dengan nama Allah, aku meruqyahmu dari segala sesuatu yang mengganggumu
dan keburukan setiap jiwa atau sorotan mata yang dengki. Semoga Allah menyembuh-kanmu,
dengan nama Allah aku meruqyah-mu.” (HR. Muslim).
3. Meruqyah dengan doa-doa
yang dibaca oleh Rasulullah SAW yang berisi kata-kata yang ringkas, padat (jawaami’ul
kalim), benar-benar barakah dan mujarab. Seperti:
اللهم رَبَّ النَّاسِ، مُذْهِبَ الْبَأْسِ، اشْفِ أَنْتَ
الشَّافِى، لَا شِفَاءَ إِلَّا شِفَاؤُكَ ، شِفَاءً لَا يُغَادِرُ سَقَمًا
“Ya Allah, Rabb sekalian manusia, Yang menghilangkan segala petaka,
sembuhkanlah, Engkaulah Yang Maha Penyembuh, tak ada yang bisa menyembuhkan
kecuali Engkau, sebuah kesembuhan yang tidak meninggalkan penyakit lagi.” (HR.
Al-Bukhari).
اللهم رَبَّ النَّاسِ، أَذْهِبِ الْبَأْسَ وَاشْفِ
أَنْتَ الشَّافِى، لَا شِفَاءَ إِلَّا شِفَاؤُكَ ، شِفَاءً لَا يُغَادِرُ سَقَمًا
“Ya Allah, Rabb sekalian manusia, hilang-kanlah petakanya dan sembuhkanlah
dia, Engkaulah Yang Maha Penyembuh, tak ada yang bisa menyembuhkan kecuali
Engkau, sebuah penyembuhan yang tidak meninggalkan penyakit.” (HR. Al-Bukhari
dan Muslim).
امْسَحِ الْبَأْسَ
رَبَّ النَّاسِ ، بِيَدِكَ الشِّفَاءُ ، لَا كَاشِفَ لَهُ إِلَّا أَنْتَ
“Hapuslah
petakanya, wahai Rabb sekalian manusia. Di tangan-Mu seluruh penyembuhan, tak
ada yang menyingkap untuknya kecuali Engkau.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
بِسْمِ اللَّهِ ، تُرْبَةُ أَرْضِنَا وَبِرِيقَةِ بَعْضِنَا ، يُشْفَى سَقِيمُنَا بِإِذْنِ رَبِّنَا
“Dengan nama Allah. Tanah bumi kami dan air ludah sebagian kami, semoga
disembuhkan dengannya orang yang sakit di antara kami, dengan seizin Rabb
kami.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
ضَعْ يَدَكَ عَلَى الَّذِى تَأْلَمُ مِنْ جَسَدِكَ وَقُلْ
بِاسْمِ اللهِ ثَلَاثًا وَقُلْ سَبْعَ مَرَّاتٍ أَعُوذُ بِاللهِ وَقُدْرَتِهِ مِنْ
شَرِّ مَا أَجِدُ وَأُحَاذِرُ
“Letakkanlah tanganmu pada tempat yang sakit dari tubuhmu dan ucapkanlah;
‘Bismillah (Dengan nama Allah)’ sebanyak tiga kali. Lalu ucapkanlah: ‘Aku
berlindung kepada Allah dan kekuasaan-Nya dari keburukan sesuatu yang ku
rasakan dan aku hindarkan /khawatirkan,’ sebanyak tujuh kali.” (HR. Muslim)
مَنْ عَادَ مَرِيضًا لَمْ يَحْضُرْ أَجَلُهُ فَقَالَ
عِنْدَهُ سَبْعَ مِرَارٍ أَسْأَلُ اللَّهَ الْعَظِيمَ رَبَّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ
أَنْ يَشْفِيَكَ إِلَّا عَافَاهُ اللَّهُ مِنْ ذَلِكَ الْمَرَضِ
“Barangsiapa mengunjungi orang sakit selama belum datang ajalnya, lalu dia
bacakan di sisinya sebanyak tujuh kali: ‘Aku memohon kepada Allah Yang Maha
Agung, Pemilik ‘Arsy yang besar, semoga menyembuhkanmu,’ niscaya Allah akan
menyembuhkannya dari penyakit itu.” (HR. Abu Dawud dan At-Turmudzi).
أَنَّ النَّبِىَّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَخَلَ عَلَى سَعْدٍ يَعُودُهُ بِمَكَّةَ فَبَكَى
قَالَ ( مَا يُبْكِيكَ ؟ ) فَقَالَ قَدْ خَشِيتُ أَنْ أَمُوتَ بِالْأَرْضِ الَّتِى
هَاجَرْتُ مِنْهَا كَمَا مَاتَ سَعْدُ بْنُ خَوْلَةَ فَقَالَ النَّبِىُّ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ ( اللهم اشْفِ سَعْدًا اللهم اشْفِ سَعْدًا ) ثَلَاثَ مِرَارٍ
“Nabi mengunjungi Sa’d bin Abi Waqqash (ketika sakit) ......kemudian beliau
membaca: “Ya Allah, sembuhkanlah Sa’d. Ya Allah, sembuhkanlah Sa’d. Ya Allah,
sembuhkanlah Sa’d.” (HR. Muslim).
MENDAPATKAN HASIL MAKSIMAL
Agar ruqyah berhasil dengan baik, persiapan yang mesti anda lakukan
adalah:
1.
Anda
harus betul-betul bertaubat kepada Allah dari segala ilmu yang tidak diridhai-Nya,
seperti ilmu-ilmu sihir untuk kesaktian, untuk tenaga dalam (kanuragan
/kekebalan tubuh) dan segala macam yang berbau kesyirikan (percaya kepada
ilmu-ilmu ke-batinan, mempercayai benda-benda keramat sebagai penyimpan
kekuatan ghoib. Mela-kukan bentuk pengabdian kepada selain Allah, menggunakan
jimat dan lain seba-gainya), bid’ah (melakukan ibadah yang tidak ada ajarannya
dalam islam, atau me-ninggalkan kewajiban islam dengan senga-ja), khurafat
(mempercayai ramalan nasib, mempercayai ruh orang mati bergenta-yangan,
menghubung-hubungkan peristiwa alam dengan nasib dan lain sebagainya), nafsu
syaithan (maksiat kemaluan, dosa lisan, nafsu kekuasaan, merampas hak-hak orang
lain, kebiasaan hura-hura, meng-hambur-hamburkan harta, menyia-nyiakan waktu,
menelantarkan hak-hak orang lain dan lain sebagainya) dan senantiasa me-mohon
pertolongan dari-Nya.
2.
Menyingkirkan
patung-patung atau gambar-gambar makhluk hidup dan tidak meme-lihara anjing di rumah
yang dapat meng-halangi malaikat untuk datang (masuk ke rumah).
3.
Berwudhulah
dengan sebaik-baiknya kemu-dian shalatlah dua raka’at ba’da wudhu, dan
berdo’alah untuk memohon petunjuk dan kemudahan di dalam segala urusan kita.
4.
Berlindunglah
kepada Allah dari kejahatan syaitan, memohon pertolongan pada Allah agar diberi
kemudahan dalam melakukan terapi ruqyah, serta memohon bimbingan-Nya agar tidak
terjebak dalam tipudaya syaitan yang licik.
5.
Kalau
saat itu proses ruqyah belum tuntas atau belum membuahkan hasil yang sem-purna
maka jangan bosan-bosan untuk me-ngulanginya. Karena kadang ruqyah itu ada yang
lekas berhasil, kadang agak lama atau sampai semalam suntuk baru berhasil (jin-nya
baru keluar) bahkan sampai beberapa hari dan beberapa minggu.
Kadang jinnya menggoda; dibacakan Qur’an menirukan membaca. Ini
anda jangan malah berhenti. Sebetulnya jin yang ikut membaca Qur’an itu sambil
merasa kesakitan, lama-lama tidak kuat. Maka kalau anda tambah lama membacanya
pasti jinnya akan kalah. Maka bacakan terus ayat kursi 11 kali, 40 kali sampai
seratus kali, apa berapa, sampai jinnya kalah dan keluar.
6.
Apabila
pengobatannya berhasil, maka ber-syukurlah kepada Allah dan perbanyaklah dzikir
memuji kebesaran-Nya.
7.
Sebaiknya
anda selalu membaca doa-doa perlindungan dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
JANGAN JADIKAN SEBAGAI
MATA PENCAHARIAN
Jangan
jadikan ruqyah sebagai ladang pencaharian seperti yang terjadi saat ini mulai banyak bertebaran Clinik Ruqyah
Center yang memberikan paket terapi Ruqyah dengan tarip, bahkan sampai ada yang
memberikan Paket Terapi dengan harga tertentu, padahal ada hadist yang melarang
menjadikan ruqyah seba-gai mata pencaharian. Beda menerima upah dengan
pencaharian.
Menjadikan
ruqyah sebagai profesi atau mata pencaharian adalah penyimpangan dalam praktek
ruqyah, karena tidak pernah dicontoh-kan oleh Rasulullah dan para shahabat,
tabi’in, dan tabi’it tabi’in.
Yang diamalkan
oleh para Ulama dan di-ajarkan oleh As-Sunnah bahwa seseorang meruqyah
saudaranya, baik dengan upah atau tidak untuk memberi kemanfaatan bagi sau-daranya.
Namun mereka tidak menjadikan amalan ruqyah sebagai profesi layaknya seorang
dokter. Sungguh yang demikian itu hanya muncul dari orang-orang yang datang
belakangan.
Padahal di masa
Ulama salaf juga banyak orang yang membutuhkan ruqyah. Tetapi mereka tidak
melakukannya sebagai profesi, berarti meninggalkannya merupakan kebaikan.
Sebaik-baik petunjuk adalah mengikuti jejak Ulama salaf.
Asy-Syaikh ‘Ali
bin Nashir Al-Faqihi ber-komentar tentang hal ini sebagai berikut: “Barangkali
seseorang akan bertanya-tanya, ‘Apakah di masa lampau ada seorang Ulama salaf
yang baik, yang berprofesi sebagai pe-ruqyah, baik secara gratis atau dengan
meng-ambil upah, karena hal itu diperbolehkan?’
Aku tidak
mengira bahwa ada seseorang yang bisa menetapkan hal itu. Sungguh dahulu bila
seseorang datang dan meminta ruqyah dari para Ulama dan orang-orang baik serta
ber-takwa, mereka meruqyahnya dengan ruqyah-ruqyah yang disyariatkan lalu
selesai urusannya tanpa meminta imbalan atau upah.
Sebagian manusia telah menyimpang dari para Ulama salaf yang baik
dalam perkara ini. Seperti yang kita lihat pada hari ini di mana-mana telah
dibuka berbagai klinik Ruqyah Center (atau yang bisa disamakan dengan klinik
terapi pengobatan) yang berorientasi bisnis disertai iklan bahwa kliniknya
memiliki ‘pakar-pakar dan ustad-ustad yang ahli dalam ruqyah syar’iyah’ yang
menangani secara khusus (yang sekarang sedang menjamur ter-dapat di mana-mana).
Yang harus diperhatikan
oleh sang pe-ruqyah: Jangan memukul, mencekik, membuat gerakan seperti
menyembelih walaupun hanya berupa gerakan dengan jari tangan atau yang
semacamnya ketika meruqyah. Semua ini tidak dicontohkan oleh Rasulullah maupun Ulama
shalaf.
Memang
diriwayatkan bahwa sebagian Ulama melakukan hal itu ketika meruqyah. Namun hal
ini sekedarnya saja, dan tidak menjadi kebiasaan atau bagian aktivitas dalam
ruqyah. Apalagi jika dilakukan dengan cara yang keras dan kasar sehingga
menyakiti pa-siennya. Ini jelas merupakan kezhaliman yang dilarang oleh Allah
SWT.
Bahkan
Rasulullah terkadang hanya me-nyebutkan: “Keluarlah wahai musuh Allah.” Hanya
dengan demikian, orang yang kema-sukan jin sembuh dari penyakitnya.
DILARANG BANYAK BERDIALOG DENGAN JIN
Banyak
berdialog dengan jin. Hal ini lebih baik ditinggalkan. Rasulullah dan Ulama
salaf tidak pernah mencontohkan yang demikian dalam meruqyah. Hanya orang-orang
belakang-an yang melakukannya.
Berdialog
dengan jin ketika meruqyah akan melalaikan dari ruqyah itu sendiri. Lagi pula,
perbuatan ini tidak membawa manfaat yang nyata bagi yang diruqyah. Mestinya
peruqyah berupaya sesegera mungkin mengusir jin yang merasuki pasiennya dengan
ruqyah syar’i dan tidak berlambat-lambat.
Berdialog
dengan jin tentu akan menunda kesembuhan bagi yang dirasuki jin itu.
Tentunya sikap
tidak berdialog dengan jin merupakan bentuk kasih sayang kepada orang yang
kerasukan. Sebab ketika jin diajak ber-dialog, dia akan menggunakan fisik orang
yang kemasukan. Sehingga tatkala ruqyah selesai dilakukan, orang itu terlihat
sangat letih karena tubuhnya dipakai oleh jin untuk melayani acara dialog yang
digelar oleh si peruqyah.
Sesungguhnya
dialog yang dilakukan ber-sama jin itu cenderung sia-sia, karena ucapan-nya
tidak bisa dipegang mentah-mentah, ingat sebaik-baik jin adalah sejahil-jahil
dan sejahat-jahat manusia.
Pemberitaan jin
tentang identitas diri, komu-nitas, dan ke-islamannya serta berbagai hal
lainnya adalah perkara yang tidak bisa di-pastikan kebenarannya. Manusia tidak
bisa mengetahui keberadaan dan kondisi jin yang sesungguhnya. Oleh karena itu,
bagaimana kita bisa membenarkan ucapannya?
Sebagaimana
yang telah lalu bahwa para Ulama hadits melemahkan periwayatan jin muslim
karena kebenarannya tidak bisa diteliti dan dibuktikan.
Tentu
penyebabnya adalah keberadaan jin sebagai makhluk ghaib. Bahkan Rasulullah mengatakan
kepada Abu Hurairah yang ber-hasil menangkap setan jin yang biasa mencuri kurma
zakat: “Dia jujur kepadamu padahal dia seorang pendusta.” (HR. Al-Bukhari).
Hadits ini
menunjukkan bahwa kebiasaan Jin adalah berdusta. Kejujurannya tidak bisa diketahui
kecuali setelah diberitakan oleh Rasulullah SAW. Yang jelas, manusia
tidak bisa mengetahui kebenaran jin, baik sedikit ataupun banyak.
Karena itu, hendaknya
seorang peruqyah meninggalkan berdialog dengan jin yang se-dang merasuki tubuh
pasiennya, kecuali bila memang sangat dibutuhkan. Dalam kondisi yang sangat
dibutuhkan dia berdialog dengan jin seperlunya saja tidak melebihi kebutuhan. Setiap
kebutuhan diukur dengan kadarnya dan tidak lebih dari itu.
Hendaknya
imam-imam masjid diarahkan agar mereka menerangkan dalam khutbah dan
pelajaran-pelajaran mereka tentang ruqyah syar’i, dan menerangkan pula bahwa
ruqyah itu dengan membaca Al-Qur`an yang mulia dan As-Sunnah yang shahih.
Niscaya di setiap kota dan kampung akan didapatkan orang yang bisa meruqyah
dengan cara yang disyariatkan.
Orang yang
bertakwa dan shalih adalah orang yang tepat untuk melakukan ruqyah itu (tanpa
menjadikannya sebagai profesi). Mereka –alhamdulillah– ada di setiap pelosok
negeri.
Demikian pula
dianjurkan seorang muslim untuk menguatkan imannya, tawakkalnya, dan
penyandaran dirinya kepada Allah dalam seluruh perkara.
Demikianlah,
kita memohon kepada Allah niat yang baik dan bimbingan-Nya bagi kita semua.
KEHARAMAN YANG HARUS DIJAUHI
Menjadikan
ruqyah sebagai arena ikhtilath (campur baur antara laki-laki dan wanita yang
bukan mahram tanpa hijab) atau khalwat; seorang lelaki berduaan dengan wanita
yang bukan mahram, tanpa disertai mahram dari si wanita.
Ini merupakan
pelanggaran syariat yang nyata dalam praktek ruqyah yang dilakukan oleh banyak
pihak dari kaum muslimin. Pada-hal Islam telah mengharuskan para wanita untuk
berhijab dari para lelaki yang bukan mahramnya. Allah SWT berfirman:
وَإِذَا سَأَلۡتُمُوهُنَّ
مَتَٰعٗا
فَسَۡٔلُوهُنَّ مِن وَرَآءِ حِجَابٖۚ ذَٰلِكُمۡ
أَطۡهَرُ لِقُلُوبِكُمۡ وَقُلُوبِهِنَّۚ
“Apabila kalian meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (para
istri Nabi), maka mintalah dari belakang hijab (tabir). Cara yang demikian itu
lebih suci bagi hati kalian dan hati mereka.” (Al-Ahzab 53).
Jika Allah SWT melarang para sahabat untuk meminta sesuatu kepada
istri-istri Nabi kecuali dari belakang hijab –padahal mereka adalah orang-orang
suci– dengan alasan untuk menyucikan hati-hati mereka, bagaimana dengan yang
selain mereka yang tidak suci seperti mereka? Semoga Allah SWT tidak membutakan
hati-hati kita.
Islam juga
melarang khalwat antara lelaki dan wanita yang bukan mahram tanpa keha-diran
mahramnya. Rasulullah SAW bersabda: “Janganlah seorang laki-laki bersepi-sepi
dengan seorang wanita kecuali bila si wanita itu bersama mahramnya.
Dan janganlah
seorang wanita bepergian jauh kecuali bersama mahramnya. Bangkitlah seorang
laki-laki kemudian bertanya: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya istriku telah
keluar untuk pergi haji, sedangkan aku telah mendaf-tarkan diri untuk ikut
serta dalam peperangan ini dan itu? Beliau pun bersabda: ‘Berangkatlah dan
hajilah bersama istrimu’.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Mestinya pasien wanita yang meruqyah juga seorang wanita dan
sebaliknya. Tetapi banyak di antara peruqyah laki-laki yang berhadapan langsung
dengan pasien wanitanya dalam jarak yang sangat dekat. Sehingga mereka meruqyah
dan sekaligus meru`yah (melihat) pada wanita yang bukan mahramnya dengan puas
dan tanpa sungkan-sungkan.
Padahal Allah
SWT berfirman:
قُل لِّلۡمُؤۡمِنِينَ يَغُضُّواْ مِنۡ
أَبۡصَٰرِهِمۡ وَيَحۡفَظُواْ فُرُوجَهُمۡۚ ذَٰلِكَ أَزۡكَىٰ لَهُمۡۚ إِنَّ ٱللَّهَ
خَبِيرُۢ بِمَا يَصۡنَعُونَ ٣٠ وَقُل لِّلۡمُؤۡمِنَٰتِ يَغۡضُضۡنَ مِنۡ
أَبۡصَٰرِهِنَّ وَيَحۡفَظۡنَ فُرُوجَهُنَّ
“Katakanlah kepada kaum mukminin: ‘Hen-daklah mereka menahan
pandangannya dan menjaga kemaluannya. Yang demikian itu lebih suci bagi mereka,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala yang mereka per-buat.’ Dan katakanlah
kepada kaum mukminat: ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya dan menjaga
kemaluannya’.” (An-Nur 30-31).
Bahkan lebih dari itu, para wanita yang datang untuk diruqyah
banyak yang berpakaian dengan model yang tidak diperbolehkan dalam Islam karena
tidak menutup aurat secara sem-purna. Pakaian mereka walaupun sebagiannya
dilengkapi dengan jilbab (gaul), tetapi lekukan tubuh mereka masih kelihatan
jelas.
Mereka
mengenakan celana panjang dan baju yang ketat. Belum lagi warna pakaian mereka
yang norak dan menarik disertai ber-solek ala jahiliyyah. Dengan penampilan
yang demikian, sebagian wanita itu bila kerasukan Jin atau Jin dari wanita yang
di-ruqyah bereaksi ada yang tertawa, menangis dan tergeletak dengan bentuk
tubuh yang tampak di hadapan laki-laki yang meruqyah.
Banyak peruqyah
memegang bagian tubuh wanita yang diruqyah, walaupun dengan me-makai sarung
tangan tetapi sentuhannya tetap saja dirasa oleh kedua belah pihak. Dengan
bebas, sang peruqyah memegang dan melihat wanita yang sedang menjadi pasiennya.
Bukankah ini pelanggaran yang nyata ter-hadap syariat? Apakah
mereka tidak takut kepada Allah SWT ketika melakukan pelang-garan itu?
Jika mereka
beralasan bahwa ini dilakukan dalam rangka pengobatan, maka yang demikian
tidaklah tepat. Karena ruqyah bisa dilakukan tanpa harus melanggar ketentuan
syariat Islam. Ruqyah bukanlah hujjah untuk menghalalkan segala cara.
Ruqyah adalah
amalan yang disyariatkan, maka semestinya dipraktekkan tanpa melang-gar
ketentuan-ketentuan syariat lainnya.
Karena praktek
ruqyah yang menyimpang ini, banyak kaum lelaki dan wanita yang ter-fitnah hati
dan agamanya. Sebab mereka adalah keturunan Nabi Adam dan Hawa yang me-miliki
ketertarikan terhadap lawan jenisnya. Ambillah pelajaran wahai orang-orang yang
berfikir.
Wallahul Musta’ian
wa ‘alaihit tiklan.
KAMERA, FOTO DAN VIDEO
Praktek ruqyah
yang diabadikan dengan kamera, foto, dan gambar bahkan Video. Ini merupakan
praktek ruqyah yang melanggar syariat, walaupun dengan alasan untuk pe-ngajaran
ruqyah, sosialisasi, penyebarluasan ruqyah syar’i, atau alasan lainnya. Karena
Rasulullah SAW telah memberitakan bahwa di antara orang yang paling keras
siksanya di hari kiamat nanti adalah para penggambar.
Hal ini
sebagaimana yang diriwayatkan oleh sahabat Abdullah bin Mas’ud Ra, bahwa Rasulullah
SAW bersabda: “Sesungguhnya manusia yang paling keras adzabnya di sisi Allah
pada hari kiamat nanti adalah para penggambar.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Diriwayatkan
dari Abdullah bin ‘Umar, Ra bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguh-nya
orang-orang yang membuat gambar-gambar ini diadzab di hari kiamat nanti, di-nyatakan
kepada mereka: ‘Hidupkanlah apa yang telah kalian ciptakan’.” (HR. Al-Bukhari).
Gambar tangan (manual) atau foto (digital) hukumnya sama yaitu
haram. Karena keduanya disebut sebagai gambar. Sedangkan Rasulullah SAW
menjatuhkan hukum yang satu pada segala gambar yang bernyawa sebagaimana hadits
di atas. Wallahu a’lam.
Inilah beberapa praktek ruqyah yang me-nyimpang dan sering terjadi
di tengah kaum muslimin saat ini. Kami yakin masih banyak lagi penyimpangan
praktek ruqyah yang terjadi di kalangan mereka.
Semoga yang kami sebutkan tadi cukup bagi mereka sebagai peringatan
untuk berhati-hati dari para peruqyah yang melanggar syariat Allah SWT. Kami
berharap kepada Allah SWT semoga tulisan ini bermanfaat bagi kaum muslimin yang
membacanya dengan harapan dapat meraih ilmu dan kebaikan dunia dan akhirat.
Wallahu a’lamu bish shawab.
وصلى
الله على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه وسلم
والحمد لله رب العالمين
Komentar